(Disampaikan dalam Sarasehan Seni Budaya 2022, Taman Budaya Jawa Timur, 11 Februari 2022)
Komedi dalam teater, secara klasik, dipahami sebagai pertunjukan yang ditampilkan secara jenaka di mana tokoh utamanya mengalami kesuksesan karena mampu menyingkirkan penghalang pada setiap langkahnya. Sepak terjang tokoh utama dalam perjalanan ceritanya seringkali melahirkan gelak-tawa. Definisi umum ini menjadi tanda bahwa komedi selalu berhubungan dengan tawa. Banyak kosa kata yang dapat dikaitkan dengan komedi seperti, lawak, humor, banyolan, bodoran, lucu, jenaka, dagelan, geculan, dan lain sebagainya. Semua hal yang dapat menghasilkan tawa seolah dapat disebut sebagai komedi, terutama ketika dipertontonkan.
Sebagai sebuah tontonan, komedi telah mengalami perkembangan pesat dan merambah ke berbagai media. Di dalam pertunjukan teater tradisional klasik, komedi dimunculkan dalam sebuah adegan tersendiri yang masih menjadi bagian dari cerita. Namun komedi juga bisa muncul dalam satu rangkaian cerita pada format pertunjukan teater tradisional yang lain. Bahkan, komedi telah lama eksis dengan melepaskan dirinya dari bagian tertentu dalam sebuah pertunjukan. Badut lucu telah bisa hadir sendiri dalam sebuah acara ulang tahun tanpa perlu menjadi bagian dari sirkus. Pertunjukan lawak bisa eksis sendiri tanpa perlu menjadi bagian dari sebuah adegan teater. Intinya komedi telah lama diterima sebagai sebuah tontonan dengan berbagai format dan media. Perkembangan komedi mendapat sokongan kuat dengan munculnya media siar berupa televisi. Dunia pertelevisian (penyiaran) menjadi salah satu faktor penyebab tontonan komedi dapat muncul dalam berbagai bentuk mulai dari wawancara sampai dengan film seri. Tim kreatif berusaha sekuat tenaga untuk menghadirkan acara berbalut komedi agar dapat diterima pemirsa dalam kurun waktu lama. Dinamika dunia komedi panggung atau pertunjukan live dan melalui media siar berjalan terkadang beriringan. Apa yang sedang berkembang dan menjadi trend dalam komedi panggung dapat mempengaruhi komedi di televisi. Demikian juga sebaliknya. Kesalingpengaruhan ini menjadikan komedi tetap eksis dan mampu menjumpai penikmatnya dari berbagai kalangan.
Satu hal yang tidak diduga dan berdampak besar pada pertunjukan komedi panggung adalah pandemi Covid-19. Hampir di semua negara yang terkena pandemi mengadakan pembatasan sosial, mempersempit kesempatan pertemuan, dan bahkan melarang pertunjukan langsung. Oleh karena itu, para komedian mencoba agar tetap eksis dengan mengadakan pertunjukan secara online yang disiarkan melalui aplikasi tertentu. Psikologi pertunjukan online hampir sama dengan pertunjukan televisi di mana tidak ditonton oleh khalayak secara langsung melainkan melalui media bantu. Karena perbedaan ini, maka format komedi di televisi juga berbeda dengan komedi panggung, terutama ketika televisi mesti memberi slot khusus untuk iklan di tengah acara. Salah satu media lain yang serupa televisi namun perlu disaksikan di ruang khusus adalah film di mana komedi dihadirkan melalui cerita secara penuh. Melalui ragam acara komedi di televisi dan beragam genre film, para pelaku komedi dapat mempelajarinya untuk memproduksi acara online. Namun karena keadaan pandemi datang secara tiba-tiba, tidak semua pelaku komedi siap sepenuhnya atas perubahan dan penggunaan media online tersebut. Dari sinilah muncul beberapa persoalan yang menarik untuk dibahas.
1. Online Bukan Offline
Pada dasarnya semua orang tahu bahwa pertunjukan online berbeda dengan offline. Namun demikian tidak semua orang yang tahu paham perbedaan antara online dan offline dalam hal pertunjukan atau tontonan. Oleh karena itulah pada masa awal pandemi banyak dijumpai pertunjukan komedi online yang sejatinya secara fisik hanyalah pertunjukan offline yang disyuting kemudian disiarkan melalui aplikasi YouTube. Hal ini menjadikan tontonan tersebut tidak menarik. Atau kalaupun menarik tidak akan bertahan lama karena cepat membuat bosan. Hal ini dapat dilihat dari sisi orang menonton.
Komedi offline dapat disaksikan dengan mata secara langsung di tempat tertentu dengan banyak orang (penonton lain) sehingga komunikasi tidak hanya antara penonton dengan pertunjukan tetapi juga penonton dengan penonton lain. Sementara dalam pertunjukan online, penonton menyaksikan pertunjukan melalui alat tertentu, di ruang yang cenderung privat, bisa ditonton sedikit orang tetapi umumnya seorang diri. Selain itu, pertunjukan offline diselenggarakan di lokasi tertentu, tanggal, bulan, tahun, dan jam tertentu serta tidak bisa disaksikan ulang. Sementara pertunjukan online dapat disaksikan kapan saja selama channel dan kontennya tidak dihapus. Kondisi ini membuat psikologi penonton berbeda antara menonton pertunjukan komedi offline dan komedi online.
Karena perbedaan psikologi menonton itu, maka apa saja yang tampak lucu dan mengundang tawa ketika ditampilkan secara offline belum tentu dianggap lucu secara online. Di sisi lain, satu bahan atau materi komedi pertunjukan offline dapat ditampilkan di beberapa lokasi dan waktu berbeda karena penontonnya berbeda. Sementara itu, dalam pertunjukan komedi online, satu materi komedi langsung tersiarkan secara luas dan menjangkau penonton dari berbagai macam lokasi sehingga mengulang-ulang materi dalam produksi berikut akan melahirkan kebosanan. Hal ini sering terjadi dengan kelompok komedi panggung yang disyuting dan disiarkan oleh seseorang melalui YouTube. Beberapa produksi memiliki materi komedi yang sama, alhasil apa yang sedianya lucu menjadi tidak lucu lagi.
Satu lagi yang patut dicatat adalah durasi atau lamanya waktu. Dalam komedi panggung, pertunjukan dapat dilangsungkan berjam-jam. Namun dalam pertunjukan online melalui YouTube, tidak dimungkinkan seseorang menggenggam HP selama berjam-jam hanya untuk menyaksikan satu tayangan. Selain itu, kebutuhan orang menggunakan HP adalah informasi yang cepat. Oleh karena itu, tindak untuk menggeser layar HP dari informasi satu ke informasi lain secara cepat tidak dapat dicegah. Kebiasaan membaca informasi secara cepat ini menandakan bahwa hanya informasi penting saja yang dibaca. Dalam konteks tontonan, maka tontonan yang menyolok saja yang akan dilihat. Dalam konteks komedi, maka komedi yang mudah dicerna dan langsung merangsang tawa saja yang akan diperhatikan untuk pertama kalinya. Komedi online, dengan demikian, mau tidak mau harus mengikuti kemauan dan memahami psikologi penonton sebelum akhirnya penonton benar-benar menjadi penggemar (follower).
2. Teknis Produksi
Secara teknis, produksi komedi panggung dan online berbeda. Komedi panggung tidak memerlukan/mewajibkan perangkat untuk merekam gambar dan suara (kamera). Setelah itu, tidak ada istilah pasca-produksi yang berwujud editing (penyuntingan) audio-video dan sejenisnya sebelum menjadi produk untuk disiarkan. Namun demikian, produk komedi online tetap saja bertebaran di YouTube dengan model pementasan panggung (live) yang divideokan. Yang demikian sesungguhnya sulit untuk dikatakan sebagai produk komedi online melainkan dokumentasi pementasan komedi yang disiarkan ulang.
Secara umum, teknis produksi untuk pementasan yang direkam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) pemain tidak direpotkan oleh hal-hal teknis pengambilan gambar, dan 2) pemain ikut memahami hal-hal teknis pengambilan gambar. Pilihan pertama mengakibatkan segala hal teknis pengambilan gambar dengan memperhatikan psikologi penonton menjadi urusan tim khusus. Pemain tinggal bermain sebagaimana halnya di atas panggung. Mengalir dari awal sampai akhir. Tim teknis merancang keperluan teknis pengambilan gambar agar pementasan yang disyuting tidak terlihat seperti dokumentasi semata. Oleh karena itu diperlukan jumlah kamera, peletakan kamera, teknik pengambilan gambar, dan segala perangkat pendukung teknik. Tim ini juga mesti mempelajari naskah atau cerita atau lakon yang akan dimainkan plus menyaksikan jalannya latihan agar apa yang dimaui oleh pertunjukan dapat ditangkap dengan baik, melalui sudut yang baik, oleh pengambil gambar. Sementara itu, pilihan kedua mensyaratkan bahwa pemain juga harus memahami hal-hal teknis seperti misalnya sudut pengambilan gambar, arah hadap, kapan saatnya adegan mesti dimulai, kapan adegan dihentikan, kapan dilanjutkan, dan hal teknis lain. Pilihan kedua ini lebih menyerupai produksi untuk televisi atau film. Atau bisa juga jika memang acara yang dibuat semacam sketsa komedi sehingga adegan tidak berjalan secara kronologis.
Hal teknis lain adalah penonton. Produksi komedi online mesti memperhatikan keberadaan penonton. Pilihannya adalah; ada penonton yang hadir di studio (lokasi pengambilan gambar), penonton diwakili melalui rekaman suara tawa, dan tidak ada penonton sama sekali. Banyak acara komedi, terutama di televisi, yang menghadirkan penonton secara langsung bahkan antara pemain dan penonton terjadi interaksi. Kehadiran penonton di studio pun perlu diarahkan kapan mesti bertepuk tangan dan kapan harus tertawa. Bahkan ada penonton yang memang di-casting sebagai pemancing situasi sehingga hal yang semestinya biasa dapat menimbulkan tawa. Sementara itu, banyak juga acara yang kehadiran penontonnya diwakili oleh rekaman tawa yang diputar pada momen-momen yang dianggap lucu. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin menghadirkan penonton di studio sementara tontonan yang disajikan memerlukan tawa penonton. Yang terakhir adalah acara komedi tanpa kehadiran penonton. Acara ini umumnya dilakoni oleh komedian yang sudah memiliki nama, ciri khas, dan basis penggemar dengan format acara yang sudah banyak dikenal seperti podcast.
3. Format Acara
Salah satu kelemahan komedi online adalah materi komedi yang disampaikan mudah sekali tersebar luas. Untuk itu diperlukan kreativitas tinggi agar materi komedi yang dikeluarkan dapat diatur sedemikian rupa sehingga meskipuan materinya sama dapat diolah agar tampilannya sedikit berbeda. Materi komedi secara umum berkait dengan format acara di mana tujuan akhirnya adalah penonton. Dalam hal ini, segmentasi penonon perlu diperhatikan agar acara yang diproduksi tepat sasaran.
Dewasa ini banyak sekali format acara komedi atau yang menundang tawa secara online, sebut saja di antaranya komedi berdiri (standup comedy), sketsa, sitkom, podcast, kuis, permainan (games), cuplikan video lucu, teater/drama komedi, dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan satu kecermatan dalam memilih format acara karena masing-masing format memiliki teknis yang berbeda serta kemungkinan besar materi yang berbeda.
Berkait dengan materi, banyak sekali jenis komedi yang dapat digali dan dipelajari. Secara umum, para pelaku komedi tradisional melakonkan lawakan secara natural, apa adanya tanpa perlu risau dengan hal-hal yang berkaitan dengan jenis komedi. Namun jika diperhatikan perkembangan komedi berdiri yang sangat pesat terjadi karena masing-masing pelakunya dilatih untuk mempelajari teknik-teknik komedi seperti punch line, call back, roasting, dan lain sebagainya. Sebenarnya, para komedian panggung jika mau meluangkan waktu sebentar setiap hari untuk mempelajari pengalamannya berkomedi pasti akan menemukan pola tertentu untuk menghasilkan tawa. Pola-pola ini kemudian dapat dikembangkan atau dimasuki materi baru sehingga tampilanya terlihat segar. Semakin sering mau mempelajari pengalaman yang pernah dilakukan plus dengan mempelajari acara komedi yang lain, maka tidak mustahil kekayaan materi komedi akan didapatkan. Kekayaan materi ini kemudian disesuaikan dengan format acara yang akan diproduksi secara online.
4. Keberlanjutan
Keberlanjutan merupakan satu usaha berat bagi sebuah pertunjukan. Hal ini pernah dilakukan oleh teater tradisional tobongan dan Sri Mulat yang pada akhirnya dipaksa menyerah oleh keadaan. Mempertahankan pertunjukan yang dilakukan secara berkala apalagi setiap hari sangat tidak mudah. Hal ini mesti menjadi pertimbangan para produsen komedi online. Format acara komedi yang akan diproduksi, sasaran penonton, berapa kali tayang dalam seminggu, aplikasi apa saja yang digunakan, dan bagaimana cara mengiklankan acara tersebut mesti menjadi pertimbangan. Tidak ada gunanya memproduksi sebuah acara komedi online jika tidak bisa berlanjut.
Agar produksi dapat terus berlanjut diperlukan konsep atau desain yang baik. Artinya, tidak hanya disiapkan satu prokduk saja melainkan satu paket produk, misalnya untuk 10 kali tayang. Dengan demikian, ketika satu paket produk sedang ditayangkan, maka waktu yang ada, sebelum ke paket berikutnya, dapat digunakan untuk mencari dan membuat materi serta stok produksi. Selain itu pada pertengahan tayang sebuah paket dapat digunakan untuk mengevaluasi materi, jumlah dan komentar penonton. Hal ini perlu dilakukan agar paket berikutnya mengalami perubahan dan peningkatan.
Soliditas tim teknis dan artistik mau tidak mau harus kuat. Intinya, produk komedi online meskipun hanya tayang melalui YouTube memerlukan kerja keras dan sungguh-sungguh. Artinya, perencanaan secara artistik, teknis, program, dan marketing harus berjalan dengan baik. Jika sebuah produk hanya diunggah di YouTube dan dibiarkan mencari penontonnya sendiri, maka bisa jadi jumlah penontonnya tidak akan bertambah dan produk tidak akan menjadi perbincangan.
==== bersambung ====
0 komentar