Oleh: Jeremiah Comey
Dipetik dari tulisan Jeremian Comey di Bab 2 buku; The Art of Film Acting, A Guide for Actors and Directors, terbitan Focal Press tahun 2002.
Diterjemah bebas oleh Eko Santosa
Sepanjang Anda mampu – sebagaimana yang dilakukan para aktor yang efektif – meninggalkan kepalsuan, penampilan postur tubuh, dan pengindikasian emosi di atas panggung, bukan perkara mudah, jika tidak tak mungkin, untuk meninggalkan segala kepalsuan di depan kamera. Hal-hal tersebut dapat dirasakan dengan mudah oleh aktor; menungkapkan apa yang sesungguhnya terjadi – terhadap apa saja atau tidak sama sekali. Pengambilan gambar close up membutuhkan kejujuran absolut. Hal ini merupakan satu usaha keras sekaligus mengagumkan. Akting di depan kamera adalah bisnis yang memerlukan kejujuran lebih.
Elia Kazan.
Ia telah merencanakan bagaimana nanti menyampaikan dialog. Idenya justru menekan naturalitas dialog dan mengubahnya menjadi seperti orang membaca. Karena ia mengulang-ulang dialog dengan cara yang sama dalam setiap pengambilan gambar adegan, editor tidak memiliki pilihan selain menggunakan gambar yang ada di mana kalimat dialog diucapkan seperti orang membaca tersebut. Ia telah memiliki rencana bagaimana nanti bereaksi atas aksi yang dilakukan lawan main. Sebagai hasilnya, reaksi yang dimunculkan begitu tertata dan sama sekali tidak natural.Ia juga telah memproyeksikan suara dan aktingnya. Ia sama sekali tidak memperhatikan bahwa mikropon dan kamera adalah penontonnya. Ia tidak menyadari bahwa kamera sangatlah dekat dan mampu merekam perasaan dan pikiran tanpa perlu proyeksi. Ia berpikir bahwa apa yang ia katakan lebih penting daripada yang ia rasakan sehingga pada akhirnya apa yang ia komunikasikan menjadi kurang mengena. Dialog (dalam film) sesungguhnya kurang penting dibanding perasaan dan pikiran tokoh yang diperankan.Ia telah memutuskan emosi seperti apa yang mesti ia rasakan dan telah melatihkannya dengan sungguh-sungguh, hasilnya ia menjadi aktor yang emosinya telah terindikasi sehingga kurang mewakili tokoh yang diperankan. Tanpa waktu berlatih yang cukup, emosi yang telah ditetapkan sebelumnya akan terlihat dipaksakan dan tidak jujur.Ia tidak tahu bahwa kamera dapat menangkap perasaan secara nyata, yaitu kegugupan dan ketakutan. Rasa takut akan membuatnya kaku dan tak nyaman di depan kamera. Pada saat itu, bahkan ia terlihat sangat gugup. Ia tidak tahu bahwa, dengan sedikit pengecualian, tokoh dalam film adalah aktor itu sendiri. Ia menghabiskan waktunya untuk lebih mencoba mewujudkan tokoh polisi daripada menerima dengan ikhlas bahwa dirinya adalah polisi itu.Ia tidak tahu bahwa tugasnya adalah mendengar dan melihat apa yang dilakukan oleh lawan mainnya secara intens sehingga dapat menangkap perasaan mereka dan ketika saatnya menyampaikan dialog, maka yang keluar adalah dialog intuitif berdasar apa yang dilhat dan didengar. Dengan demikian, ia hadir sebagai aktor yang berseberangan, yang tidak dapat memberi dan menerima bagi dan dari karakter lain di film.
0 komentar