BLANTERWISDOM101

Penonton (2)

Minggu, 26 Mei 2024

 


Oleh: Edwin Wilson

1. Peran dan Imajinasinya

Pementaran teater merupakan pertunjukan yang berisi serangkaian peristiwa dramatik yang disajikan oleh sekelompok aktor di hadapan teman sejawat, yaitu penonton.

Selama 100 tahun belakangan keyakinan dan prediksi kuat bahwa pementasan teater akan segera hilang dari peredaran. Dugaan ini diyakinkan dengan setiap inovasi teknologi yang hadir dapat menjadi pengganti dan membuat teater menjadi kadaluwarsa. Pertama adalah radio, kemudian film bisu, film bersuara, dan televisi yang kemudian diikuti oleh video pada komputer dan merambahnya perangkat elektronik genggam. Setiap perangkat tersebut, diakui, lebih murah dan lebih mudah diakses daripada pementasan teater. Bagaimana bisa satu bentuk seni dapat bertahan dari gempuran terus menerus media hiburan yang semakin canggih?

Secara ajaib, teater tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga bertumbuh. Satu ukuran yang mengejutkan dari pementasan teater adalah bahwasanya kesempatan orang untuk menyaksikannya semakin terbuka, semakin banyak lokasi pementasan, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga di seluruh dunia, menyajikan ragam variasi pementasan yang mungkin lebih banyak dari sebelumnya. Broadway telah menjadi mata air pementasan teater di Amerika Serikat dalam waktu lama. Bahkan, sampai saat ini masih terus berkembang dan dipentaskan keliling yang secara reguler dapat disaksikan di kota besar dan sedang di seluruh Amerikan Serikat. Padahal teater asli dari Brodway pada mulanya tidaklah diunggulkan. Pada saat yang sama, seni pertunjukan bergemuruh riuh di seluruh negara bagian, tidak hanya menampilkan pertunjukan Broadway, tetapi juga ada tempat-tempat lain dengan pementasan teater yang khas. Ada gedung pementasan yang memuat 1000 kursi, 500 kursi, atau bahkan 200 kursi yang menawarkan lakon baru, mementaskan kembali lakon lama, drama musikal, dan berbagai jenis pertunjukan lain berbasis drama.

Sebagai tambahan, selama setengah abad terakhir terjadi pertumbuhan cepat apa yang disebut sebagai “teater regional”. Teater ini permanen, profesional, nonprofit yang menawarkan produksi kelas-atas bagi penonton mereka setiap tahun. Asosiasi mereka, the League of Resident Theatres, mendata ada 74 produksi kelas atas secara total yang tersebar di seluruh negara. Ada tambahan lain sekitar 120 teater Shakespeare yang ditemukan di setiap negara bagian di Amerika Serikat yang diselenggarakan, terutama di bulan-bulan musim panas, produksi kelas-atas karya Shakespeare dan karya klasik lain juga lakon modern.

Komponen penting lain sebagai gambaran teater hari ini adalah banyak gedung teater di akademi dan universitas yang berdiri (ada) di setiap 50 negara bagian, demikian pula dengan Kanada dan negara lain. Tidak sedikit sebuah akademi memiliki lebih dari satu, bisa jadi dua atau tiga gedung teater yang dapat digunakan untuk pementasan para siswa dan artis tamu. Mungkin ada, sebagai misal, yang berisi 500 atau 600 kursi, ada yang lebih kecil dengan 200 kursi dengan konfigurasi berbeda, dan “black box” (aula tempat latihan yang dapat dijadikan tempat pementasan; ketika digunakan untuk pentas, maka kain gorden ditarik untuk menutup kaca-kaca studio sehingga ruangan menjadi gelap) yang digunakan untuk pementasan eksperimental atau produksi kecil dengan 100 penonton.

Sebagai catatan akhir, dari seluruh penjuru Amerika Serikat, terdapat 7000 komunitas teater, sungguh sesuatu yang mencengangkan. Komunitas ini merupakan kelompok semipro dan amatir berpengalaman yang mempersembahkan rangkaian karya mereka setiap tahun untuk penonton lokal. Akan menjadi sangat mengejutkan untuk diselisik ketika jumlah produksi seluruh komunitas dalam setahun mencapai 46.000 dan mampu mengumpulkan jutaan penonton. Jelas saja, jika dicakup secara keseluruhan, total jumlah pementasan setiap tahun di Amerika Serikat sangat menakjubkan, hampir tidak bisa dipercaya.

Bagaimanapun, bukanlah sebaran dan jumlah produksi tahunan yang mengejutkan, namun perbedaan konsep pementasan yang ditawarkan. Pertama dimulai dari lakon-lakon baru dan teater musikal, kemudian bergerak ke klasik, lalu karya lama yang dipentaskan kembali, kemudian melingkupi teater eksperimental dan avant-garde. Ada 5 teater dengan jam terbang tinggi yang piawai dalam setiap jenis pementasan. Beberapa teater, seperti teater regional dan universitas, seringkali mementaskan semua jenis teater. Selain itu juga mementaskan kategori berbeda semacam teater situs khusus (site-specific) dan seni performance. Dalam teater situs khusus mereka menyajikan pementasan di lokasi nontradisional seperti gudang, gereja, kantor pemadam kebakaran, sudut jalanan, dan tempat parkir umum. Gagasannya adalah bahwa lokasi yang tak biasanya digunakan pentas ketika didekati dengan material berbeda akan menghasilkan kesadaran penonton secara berbeda atas apa yang mereka lihat dan alami. Seni performance biasanya sangat individual dan dipersembahkan oleh hanya seseorang dan untuk penikmat dalam jumlah kecil. Isinya juga sangat personal, dan bisa dikombinasikan dengan rupa, tari, film, dan musik.

Hari ini, bersamaan dengan tumbuhnya perbedaan jenis pementasan teater dan lokasi pementasannya, terdapat percampuran menakjubkan antara presentasi etnik dan multikultural. Sebagai tambahan, di dalam teater Anglo-American, terdapat percampuran yang kaya berasal dari karya berbagai tradisi dan budaya. Termasuk di dalamnya teater Afrika-Amerika, teater Hispanic, teater penduduk asli Amerika, teater Asia, teater Arabia: faktanya, semua jenis daerah, budaya, dan nasional dapat ditemukan. Teater kontemporer juga berkembang luas, secara sosial, politik, dan budaya termasuk di dalamnya teater kaum LGBT dan feminis. Seseorang dapat mengatakan bahwa hal ini adalah inklusif dan multikultural sebagaimana yang dibayangkan.

Sebagai tambahan, teater hari ini, seperti yang nanti akan kita diskusikan lebih dalam, benar-benar mengglobal. Ada terdapat tradisi teater yang unik melintasi dunia sebagaimana teater internasional yang dipentaskan keliling dunia dan mengintegrasikan teknik serta gaya lintas-budaya.

Bagaimana kita dapat menjelaskan hal ini? Hari ini, tidak hanya gedung bioskop berdiri di sekitaran tempat tinggal dan televisi di ruang rumah kita, namun juga perangkat seperti pad, tablet, dan telepon pintar yang secara digital mampu mentransmisikan persembahan teater untuk kita saksikan. Di tengah-tengah kondisi ini, mengapa kita masih berurusan dengan teater? Bagaimana kita bisa menyisihkan waktu atau berusaha untuk menyaksikan pertunjukan teater yang riil? Jawabannya ada pada sisi alamiah teater – yang terjadi pada momen terberi tepat di depan mata kita. Kita berada di sana untuk menyaksikan dan secara aktual kita berpartisipasi dalam peristiwa tersebut. Kritikus drama Walter Kerr (1913-1996) menjelaskan makna bagi penonton dan aktor untuk bersama:

Bukan hanya dalam makna kita (penonton) ada dalam kehadiran personal aktor. Namun dalam makna mereka para aktor ada dalam kehadiran kita, menyadari kita, bicara kepada kita, bekerja untuk dan bersama kita sampai jalinan tak mekanis terbangun di antara kita, jalinan yang cair, tak terduga, berubah-ubah rangsangnya, berjarak sekaligus intim. Kehadiran kita, merupakan sebuah tanggapan, akan melontar kembali kepada aktor dan mengubah apa yang akan ia lakukan, pada derajat tertentu dan seringkali menjadi mencengangkan dalam setiap penampilan. Kita adalah pesaing, menciptakan lakon, waktu, dan emosi bersama-sama. Kita adalah kawan main dalam membangun struktur. Hal ini tidak akan terjadi di dalam film, karena film telah jadi dan selesai, terkunci, serta tak mungkin menerima respons kita langsung bagaimanapun juga. Para aktor di film tak mungkin mendengar kita atau merasakan kehadiran kita; tidak ada sesuatupun yang dapat kita kerjakan untuk menghidupkan suasana. Bahkan kita bisa saja hadir dalam kondisi mati dan film akan tetap terus berjalan, sesuai apa yang dituju, bergulir, begitu saja.  (Walter Kerr, “We Call It ‘Live Theater,’ but Is It?” New York Times, January 2, 1972. Copyright 1972 by the New York Times Company)

(**)

(diterjemah bebas oleh Eko Santosa dari buku “The Theatre Experience” Edisi 13, karya Edwin Wilson, terbitan McGraw-Hill Education tahun 2015)


Share This :

0 komentar