BLANTERWISDOM101

Penonton: Peran dan Imajinasinya (3)

Minggu, 02 Juni 2024

 


Oleh: Edwin Wilson

1. Perbedaan Menyolok Teater dan Film

Sebagaimana yang disarankan oleh Walter Kerr, satu cara untuk menjelaskan lingkungan alami teater adalah mengkontraskan antara drama yang disaksikan pada pementasan teater dan drama yang ditayangkan di televisi atau film. Keduanya menyajikan cerita dalam bentuk dramatik – validasi atas adegan yang dilakukan oleh penampil (performer) yang berbicara dan berakting seolah mereka adalah orang yang sebenarnya hidup di saat ini. Aktris yang sama bisa memerankan sebagai Juliet dalam “Romeo dan Juliet” karya William Shakespeare (1564-1616) baik di panggung maupun layar. Tidak hanya soal dramatisasi dan akting tetapi juga elemen lainnya, seperti dekorasi dan busana, seringkali sepadan antara yang di panggung dan di layar. Kenyataannya, banyak film dan televisi secara khusus mengangkat (berbasis) produksi panggung. Sebagai contoh’ “A Chorus Line”, “The Phantom of the Opera”, The Importance of Being Earnest”, “Les Miserables”, dan beberapa lakon karya Shakespeare. Di samping itu, seseorang dapat juga mempelajari hal-hal pokok dari teater melalui drama televisi atau film, yang dapat pula memberikan kita rasa dan pengalaman sebagaimana ketika menyaksikan pertunjukan teater.

Penting untuk memahami kesamaan tersebut, tetapi, ada hal yang berbeda secara krusial antara mengalami tontonan teater secara langsung dengan menontonnya melalui televisi atau film. Apa yang kita bicarakan di sini bukan menyangkut soal kapabilitas teknik dari film dan televisi, kemampuan untuk menampilkan syuting luar ruang yang diambil melalui helikopter, memotong gambar dari adegan satu ke adegan lain, atau menciptakan efek khusus seperti yang ada dalam trilogi “Lord of the Rings”, “The Hobbit”, atau “The Avengers”. Bukan itu, melainkan hal paling signifikan – bahkan yang terpenting – perbedaan film dan teater adalah hubungan antara penonton dan aktor (performer). Pengalaman berada di ruang dan waktu yang sama dengan aktor merupakan hal yang sangat penting di dalam peristiwa teater dibanding yang lainnya. Sementara di dalam film dan televisi, kita selalu akan berada di ruang dan waktu yang sama dengan gambar (citra), bukan orang.

Jean-Claude van Italie, seorang penulis lakon Amerika kelahiran tahun 1936, menjelaskan pentingnya hubungan antara aktor dan penonton dalam teater, dan bagaimana hal itu berbeda dengan film dan televisi:

Teater bukan elektronik. Tidak seperti film dan televisi, teater membutuhkan kehadiran nyata penonton dan aktor dalam satu ruang. Hal ini menjadi keunggulan dan fungsi penting sekaligus unik, secara asali ini merupakan fungsi religius yang mengajak orang bersama-sama dalam upacara komunitas di mana aktor seolah-olah adalah pendeta atau orang yang merayakan dan penonton diajak berpartisipasi oleh para aktor dalam semacam ekaristi.

(Jean-Claude van Itallie, The Serpent: A Ceremony, written in collaboration with the Open Theater, Atheneum, New York, 1969, p. ix)

Di dalam sebuah wawancara pada tahun 2013, Richard Nelson, seorang penulis kelahiran 1950, merumuskan pengalamannya sebagai berikut.

Teater adalah tempat di mana manusia dapat secara bersama berada dalam ruang yang sama, tempat yang sama, dan waktu yang sama untuk saling berbicara, atau mendengar. Aku pikir, teater mengisi kebutuhan manusia untuk mengutarakan sesuatu.

(Richard Nelson, interview in Lincoln Center Theater Review, Spring 2013, pp.4–7. )

(**)

(diterjemah bebas oleh Eko Santosa dari buku “The Theatre Experience” Edisi 13, karya Edwin Wilson, terbitan McGraw-Hill Education tahun 2015)


Share This :

0 komentar